Saturday, June 18, 2011

FRIENDSHIP, LOVE AND LIVE

Hari begitu cerah, tapi karena terlalu cerah udara semakin teras panas. Apalagi di jalan raya yang penuh dengan kendaraan disertai debulan asap dari kendaraan bermotor yang lalu lalang. Di pinggir jalan raya terlihat sebuah bangunan menjulang tinggi. Sebuah bangunan yang masih memiliki pondasi seperti bangunan di zaman dahulu kala. Tapi bangunan tersebut sudah tak terlihat tua karena banyak direnovasi. Itulah SMA Kusuma Bangsa.
“Ta, sepulang sekolah loe ada acara nggak? Ada suatu hal penting yang mau gue omongin ma loe,” suara seorang pria yang terdengar memelas di sebelah gadis berambut hitam pekat sebahu.
“Emang ada apa sich Chal? Muka loe pucat banget hari ini? Habis ditolak cewek ya he…?”Tanya gadis berambut sebahu kepada Ichal dengan senyum simpulnya. Gadis itu bernama Tata. Sedangkan cowok di sebelahnya adalah Ichal. Mereka bersahabat sejak menginjakkan kaki di bangku SMA, persahabatan yang begitu erat seperti perangko. Sebenarnya tak hanya Ichal dan Tata saja, masih ada Vina yang juga menjadi sahabatnya. Tapi kebetulan siang itu Vina pulang lebih dulu, hingga yang tersisa hanya Ichal dan Tata.
“Loe tahu kan Ta, siapa yang gue dekatin saat ini? Gue tambah bingung dengan perasaan gue. Kenapa namanya selalu bergeming di otak gue? Padahal jelas-jelas dia nggak suka ma gue dan dia udah nolak gue dua kali. Tadi pagi gue lihat dia jalan bergandengan ma Putra di hadapanku. Dan loe tahu sendiri kan kalau Putra itu teman bermainku. Tahu nggak, hatiku terasa patah karenanya.” Cerita Ichal panjang lebar.
“Ah loe Chal, jadi cowok lebay banget. Gara-gara cewek aja loe bisa hancur. Masa depan masih panjang Bro, jangan biarkan cintamu yang berlebihan menghancurkan masa depanmu. Ingat, bentar lagi kita ujian! Jangan biarkan kesedihan itu terus menyelimuti hatimu. Sekarang gue harus cabut dulu ya! Dan ingat perkataanku. Jangan biarkan air matamu menetes karena cinta sesaatmu.”perkataan Tata membuat mata hati Ichal terbuka lebar untuk masa depan. Ia berjanji dengan dirinya sendiri untuk menghilangkan kesedihan di hatinya. Ichal dan Tata pulang menuju rumahnya masing-masing.
Tata melangkahkan kakinya di bawah terik matahari yang panasnya begitu menyengat. Ia berjalan di trotoar dan berhenti untuk berteduh di bawah pohon pinggir jalan. Dialah gadis yang begitu tegar dan ceria di antara sahabat-sahabatnya. Dia sedang menunggu sebuah mobil kuning melintas di jalan raya. Setengah jam kemudian mobil kuning itu tampak dari barat hingga berhenti tepat di hadapan Tata. Mobil itu penuh sesak oleh penumpang. Tata melangkahkan kakinya memasuki mobil itu. Hanya 1 tempat sempit diantara para pelajar lain yang tersisa, dan itu pun menjadi tempat duduk Tata. Satu jam berlalu di dalam mobil itu hingga terhenti di persimpangan jalan. Tata turun dari mobil dan memberikan 2 lembar uang seribuan pada sopirnya. Tata tak berhenti begitu saja, kakinya msih harus melangkah 200 meter untuk sampai di depan rumahnya. Dia tak pernah mengeluh meskipun harus berjalan di bawah panas matahari setiap hari.
Tata berhenti di sebuah bangunan sederhana yang dikelilingi oleh pepohonan. Itu adalah rumahnya, rumah yang begitu sederhana dan sejuk sekali. Tata tinggal bersama ayah dan bundanya. Tata menginjakkan kakinya ke dalam rumah yang begitu sepi. Berbagai pertanyaan muncul di benaknya. Kenapa rumah begitu sepi? Bukankah seharusnya ayah dan bundanya di rumah? Lalu dimanakah mereka?
Hingga sore menjelang Tata masih menunggu kedatangan orang tuanya, tapi mereka tak kunjung datang. Dering suara Hp berbunyi dari saku Tata. Secepat kilat ia mengambil Hp karena mungkin saja itu telpon dari ayahnya. Ternyata nama yang muncul dari layar hp adalah Ichal. Tata mulai berbicara dengan Ichal.
“Ada apa Chal, loe mau curhat lagi kalau loe ditolak ketiga kalinya atau loe mau nangis lagi?”Tanya Tata menyindir Ichal.
“Ah loe Ta, bikin gue malu aja. Gue cuma mau ngucapin makasih ma loe. Semua yang loe omongin itu emang benar. Loe bikin gue bangkit Ta. O ya Ta, loe ge ngapaen sekarang? Gue ganggu nggak?” Tanya Ichal.
“Tumben loe tanyanya sopan, biasanya juga nyerocos aja. Gue ge nunggu ayah ma bunda, dari tadi mereka belum pulang.”jawab Tata sambil mondar-mandir menengok keluar rumah.
“Paling mereka lagi ke rumah saudara loe kali, bentar lagi juga pulang,” kata Ichal menenangkan Tata.
“Emm…iya mungkin. Chal, maaf ya gue nggak bisa lama-lama nemenin loe ngobrol. Masih banyak hal yang harus gue lakuin,” pamit Tata pada Ichal. Ichal memahami sikap Tata yang tak bisa diajak ngobrol panjang lebar karena Tata sedang khawatir menunggu kedatangan orang tuanya.
Matahari sudah hampir terbenam di ufuk barat, Tata duduk termenung di teras depan sambil menggerakkan sebuah pena dan mencoretkan noda hitam di atas kertas putih. Ia mulai menulis apapun yang ia rasakan saat ini dan menceritakan semuanya di selembar kertas. Tiba-tiba sebuah motor hitam berhenti, hati Tata terasa begitu lega karena orang tuanya telah sampai di rumah. Tapi raut wajah ayahnya yang begitu lesu dan bunda yang begitu pucat membuatnya kembali khawatir dan bertanya-tanya.
“Tata sayang, ayah dan bunda mau bicara sesuatu sama kamu. Kita masuk ke dalam ya Nak,” Kata sang ayah membuat hati Tata berdebar-debar. Tata bertanya pada dirinya sendiri kenapa tampang ayah dan bundanya begitu serius. Mereka masuk ke dalam rumah dan bercengkerama di ruang keluarga.
“Ta, ada hal penting yang harus kamu ketahui. Sudah lama kami menyembunyikan berita ni darimu karena Bundamu tidak ingin kamu memikirkan hal ini. Tapi keadan yang memaksa ayah harus mengatakannya padamu. Bundamu…”perkataan ayah terpotong oleh bunda.
“Sudahlah Pak, belum saatnya Tata tahu tentang semua ini. Bunda masih kuat kok Pak, bunda baik-baik saja,” sela bunda yang tidak mengizinkan Tata tahu apa yang terjadi.
“Tapi Tata harus tahu Bun, dia anak kita. Ta, Bundamu sedang sakit dan sakitnya sangat kronis. Bundamu mengidap kanker dan dokter hanya bisa memberikan terapi untuk Bundamu. Saat ini yang bisa menyembuhkannya hanya Tuhan dan usaha kita Nak,” jelas ayah yang membuat Tata mati kutu. Tak ada kata yang bisa Tata ucapkan, ia hanya terdiam dan tanpa ia sadari air mata mulai terjatuh dari bola matanya nan indah. Ayahnya yang begitu tegar juga menitikkan air mata. Namun sesegera mungkin ayah menghapusnya karena ia tak ingin semua orang tahu bahwa ia menangis. Bunda hanya duduk termenung dan mencoba untuk tetap tegar meskipun penyakit menggeroti tubuhnya.
Keesokan harinya Tata kembali menaiki mobil kuning menuju sekolah, ia kembali bertemu dengan Ichal dan Vina, sahabatnya. Sejenak ia berusaha melupakan semua masalah yang dihadapinya. Ia tak ingin temannya tahu dam merasa kasihan padanya. Tapi meskipun begitu, Ichal dan Vina tak bisa dibohongi, mereka menangkap ada hal yang aneh pada diri Tata. Tata hanya bisa menyangkal terus menerus hingga Ichal dan Vina percaya bahwa tak ada yang terjadi pada Tata. Tata baik-baik saja, mungkin lagi nggak mood dikit. Itulah yang mereka pikirkan. Tata melanjutukan obrolan bersama sahabatnya seperti baiasanya. Canda tawa mengiringi kisah mereka.
Hari itu Tata mendapat panggilan dari BP, tercatat bahwa sudah dua bulan ini SPP Tata belum dibayar. Pihak sekolah mengingatkanya untuk segera membayar. Paling tidak dalam 1 bulan ke depan harus lunas. Saat hati Tata menjadi kalut, darimanakah dia akan mendapatkan uang sebanyak itu? Tak mungkin dia meminta pada orang tuanya karena ia tahu Bundanya sedang sakit dan Ayahnya harus membiayai pengobatan Bundanya.
Sepulang sekolah Tata tidak berkumpul bersama sahabatnya, dia langsung melangkahkan kakinya pulang ke rumah. Wajahnya tampak murung sekali. Berjuta pikiran menari di otaknya, apa yang haris dia lakukan sekarang? Dia duduk termenung di kamarnya dan sesaat ia keluar dari kamar menemui orang tuanya. Melihat wajah kedua orang tuanya membuatnya tidak tega untuk mengatakan masalahnya. Ia membuka Hpnya, terlintas di pikirannya ntuk menelpon shabatnya dan minta bantuan pada mereka. Tapi Tata segera menghapus pikiran tersebut, ia tetap tak ingin merepotkan sahabatnya.
Malam itu jam menunjukkan pukul 00.00 WIB, Tata tak kunjung bisa memejamkan matanya. Dia masih memikirkan cara mendapatkan uang. Dan satu-satunya yang dia ingat adalah launrdy milik kakak teman SMP-nya. Ia memutuskan untuk mencoba melamar kerja disana esok harinya karena dulu temannya udah pernah menawarkan hal tersebut. Dan di malam itu, untuk mengisi waktu luangnya ketika ia tidak bias tidur, dia membuka sebuah situs di internet dan sebuah berita membuatnya semangat. Dia melihat beberapa kesempatan ada untuknya. Tertera bahwa ada lomba menulis karangan singkat di beberapa tempat. Dan Tata berpikir untuk mengirimkan karya yang telah ia buat selama ini daripada karyanya terbuang dan tercecer begitu saja. Beberapa lembar kertas telah diisi dengan karya-karyanya. Ia berusaha mengirimkan karya-karyanya di beberapa majalah dan Koran.
Keesokan harinya sepulang sekolah, Tata langsung berangkat ke took laundry temannya dan sesuai dengan dugaan sebelumnya; ia bias langsung bekerja disana. Hari demi hari ia lalui, sepulang sekolah ia langsung bekerja. Lama-lama temannya pun tahu apa yang dilakukan Tata selama ini, mereka mendukung Tata bahkan sesekali membantu pekerjaan Tata.
Suatu pagi yang tak terduga dan tak pernah terkira sebelumnya. Saat itu, matahari bersembunyi di balik awan mendung dan malu untuk menampakkan wajahnya. Tata barangkat ke sekolah seperti biasanya, ia tak pernah sadar hari apa saat itu. Hsri itu adalah hari yang sangat istimewa. Saat ia memasuki kelas, ia disambut dengan sorakan gembira dari teman-temannya. Sebuah lagu ucapan selamat ulang tahun bagi Tata. Ichal dan Vina memberikan sebuah hadiah yang begitu berarti bagi Tata saat itu. Bukanlah sebuah hadiah yang bernilai uang tinggi, tapi sebuah foto dimana saat mereka tertawa dan menangis bersama yang menunjukkan arti persahabatan mereka.
Selesai jam pelajaran di sekolah, Ichal pergi dengan tergesa-gesa bahkan ketika dipanggil Tata pun ia tak menoleh. Lalu Tata bertanya pada Vina,” Ada apa dengan tu orang? Buru-buru banget..”
“Masih ada urusan dengan hatinya” Jawab Vina.
“Oh ya, habis ini loe ikut gue ya!” Sambung Vina.
“Kemana?” Tanya Tata.
Tiba-tiba Vina menyeret tangan Tata dan membawanya ke sebuah tempat, tempat dimana Tata, Vina dan Ichal berkumpul bersama. Ketika sampai di tempat itu terdengar sayup-sayup suara melodi gitar dan sebuah suara. Semakin dekat suara itu semakin jelas. Sebuah syair terdengar
Mungkinkah kau tahu
Rasa cinta yang kini membara
Dan masih tersimpan
Dalam lubuk jiwa
Ingin kunyatakan
Lewat kata yang mesra untukmu
Namun ku tak kuasa
Untuk melakukannya
Mungkin hanya lewat lagu ini
Akan kunyatakan rasa
Cintaku padamu rinduku padamu
Tak bertepi
Mungkin hanya sebuah lagu ini
Yang selalu akan kunyanyikan
Sebagai tanda betapa aku
Inginkan kamu
Betapa terkejutnya Tata ketika ia mendengar sebuah syair dari band ungu yang dilantunkan oleh seseorang pria, pria yang ia kenal dekat. Dan itu adalah suara Ichal. Tata hanya terdiam dan Vina meyakinkan pada Tata bahwa ini nyata.
“ Ta, gue nggak tau lagi gimana caranya ngungkapin perasaan gue ke loe. Selama ini cewek yang gue maksud adalah loe. Gue tau bahwa Loe suka ma seseorang yang ada di jauh sana. Gue juga nggak mau nambah beban loe, gue mohon jangan terlalu dipikirin masalah ini. Gue Cuma mau ngungkapin perasaan aja, kalaupun loe nolak gue pasti terima. Tapi janganlah loe menjauh dari gue setelah loe tau perasaan gue. Setidaknya kita masih sahabat”, tutur Ichal.
“Chal, gue hargain usaha loe buat semua ini dan keberanian loe akhirnya ada. Inilah Ichal sesungguhnya. Gue tau suatu saat loe pasti bisa nyatain perasaan loe pada cewek dan ini adalah buktinya. Dan hari ini loe bener-bener hebat. Kita akan menjadi sahabat selamanya. Loe, gue dan Vina. Kita sahabat selamanya. Karena persahabatan itu lebih indah dari segalanya.”Kata Tata.
“So, nggak ada kata jadian nih hari ini..Jiiaaah…..nggak dapet traktiran dong gue.”Celetuk Vina.
“Tenang Vin, gue akan traktir kalian semua karena hari ini gue mendapatkan pelajaran paling berharga yaitu kemungkinan gagal itu pasti ada, namun persahabatblah yang bisa mengobati segala luka di hati. Thanks Ta, Loe udah bikin gue patah hati sekaligus bahagia karena gue sekarang tau kalo gue itu hebat hahahaha,….” Tawa Ichal yang memekakkan telinga dilanjutkan dengan tawa Tata dan Vina. Mereka pun pergi ke warung makan langganan mereka dan tertawa bersama disana.
Waktu terus berjalan dan tak kan kembali lagi. Satu bulan telah Tata lalui sebagai pekerja laundry. Dan di saat yang tidak terduga dan saat suatu hal sempat ia lupakan, sebuah keajaiban datang. Karya yang sebulan lalu ia kirim ke majalah dan Koran berhasil lolos seleksi. Satu dari karyanya tetap bertahan diantara ratusan karya telah menjadi sampah dan terbakar. Karya yang begitu indah. Sebuah cerita tentang kehidupannya. Meski ia tak mendapatkan juara yang pertama, tapi uang yang didapatkanya dapat melunasi biaya sekolahnya. Dan uang hasil bekerjanya ia sisihkan untuk biaya kuliah nantinya. Mulai saat itu Tata berpikir untuk tetap berkarya dan tak kan pernah lelah. Ia ingin membantu keuangan keluarganya dan pengobatan Bundanya. Berapapun uang yang ia terima selalu disisihkan untuk ditabung. Dan kegembiraan itu tidak ia simpan sendirian, ia punya Ichal dan Vina sebagai sahabat yang selalu membantu pekerjaannya yang harus tahu kabar gembira itu. Mereka pun turut bahagia akan hal itu.
Selama ini Tata hanya melakukan apa yang ia bisa dan selalu berusaha sekuat tenaga tanpa sepengetahuan orang lain. Ia tak ingin orang lain khawatir dengan dirinya. Ia kan selalu berusaha tegar dan tak kan kecewakan orang di sekitarnya. Semua selalu ia hadapi dengan senyuman. Kini ia bisa tersenyum ceria bersama sahabat. Meskipun di sisi lain hati Tata masih memikirkan kesehatan sang bunda tapi ia harus tetap tersenyum di depan sahabatnya. Dan ia kan coba untuk selalu buat Bunda tersenyum dan terus berdoa agar Bundanya sembuh.
Sebuah perjalanan hidup Tata lalui dari waktu ke waktu, hingga tanpa disadari masa SMA-nya akan segera berakhir. Ujian akhir sekolah telah usai dan pengumuman pun telah ada. Dengan berbangga hati semua murid SMA Kusuma Bangsa mengucapkan kata LULUS. Tapi 1 hal yang tidak bisa Tata lupakan saat itu yang membuatnya menitikkan air mata adalah sahabat-sahabatnya. Secara tidak langsung, hari itu juga saat-saat ia berpisah dengan Ichal dan Vina. Karena mereka bertiga punya masa depan masing-masing yang akan dilalui dan mereka memilih jalan yang berbeda. Saat itulah, Tata memberikan selembar kertas pada Ichal dan Vina yang isinya tak lain adalah:
Sahabat,
Kau begitu bararti bagiku
Tak mungkin ku melupakanmu
Karena kalianlah sandaran hatiku
Saat ku lemah dan tak berdaya
Kalianlah penenang saat ku dihujam masalah
Sahabat,
You always in my heart
Now and forever

Lovely,
Tata

Hidup itu akan menjadi inadah jika ada cinta dan persahabatan. Dan janganlah kau hidup tanpa adanya cinta karena hidupmu akan sengsara. Dan jika hidup tan persahabatan maka kau tidak punya tempat untuk mencurahkan isi hatimu dan akan tenggelam dalam sebuah penderitaan.

Jalanku

Mulai kehilangan arah
Tak berdaya ku disini
Berdiri di persimpangan jalan
Begitu panjang jalan di depan
Tapi aku tak berdaya
Tuk memilihnya
bimbang...
Sunggguh ku tak mengerti
Jalan ini membuatku bimbang
Jalur manakah yang harus kupilih
Aku pun tak tahu
Tapi,,,
Tak mungkin ku berdiam diri disini
Kaki ini pun mulai melangkah maju
Hati mulai berbisik-bisik
Aku harus mengambil langkah kesini

Tak peduli rintangan apa yang sedang menanti
Dengan kesungguhan hati
Penuh keyakinan
Aku melangkah ke arah ini
Semoga ini arah yang benar
dan aku tak kan tersesat lagi