Ibu…
Tanpa kusadari waktu berjalan begitu cepat. Apakah Engkau
tahu Ibu? Kini anakmu telah beranjak dewasa. Aku bukan lagi bayi yang bisa Engkau
timang, Engkau manja dan Engkau tuntun. Kini anakmu ini bisa berdiri berjalan
dan bediri tegak. Aku bisa menjadi seperti semua karena Engkau Ibu… Bahkan
hingga saat ini aku bisa menempuh pendidikan setinggi ini karena perjuanganmu. Dengan
sabar Engkau membimbingku, dengan ketulusanmu Engkau menjaga dan mendoakanku.
Ibu…
Tak terasa sudah dua tahun aku merantau di kota orang
demi pendidikan. Dan hampir dua tahun juga aku tidak bersamamu. Sungguh aku
ingat saat-saat indah bersamamu waktu terdengar kabar bahwa anakmu ini berhasil
dterima di Perguruan Tinggi Negeri tanpa biaya sedikitpun. Hari itu 15 Mei
2010, saat hujan turun aku, Engkau dan kakak bercengkerama bersama. Saat itu
aku hanya pasrah, menunggu hasil yang kemungkinan akan keluar di esok hari. Dan
saat itu Engkau masih berbaring di atas ranjang. Dan tiba-tiba HP berdering,
ada seorang teman memberi kabar bahwa aku resmi diterima. Dan saat itu juga Engkau
memelukku penuh bahagia. Air mata bahagia menetes di pipimu dan pelukan
hangatmu begitu erat terasa. Engkaupun berkata, “ Nduk, kamu harus jadi anak
pintar ya dan cari pekerjaan yang bagus, Jangan seperti ibumu ini yang SD aja
ndak lulus. Sinau sing rajin ya nduk”. Kata-katamu itu selalu terngiang dan
selalu menguatkanku di saat aku hampir terjatuh dalam keterpurukan.
Ibu…
Tanpamu aku bukanlah apa-apa. Beribu kisah telah
terukir bersamamu dan terekam dalam album kenangan kecil yang menemaniku
disini. Dari aku dalam kandungan hingga aku beranjak dewasa ini, Engkau selalu
ada dalam hatiku. Engkau bersusah payah melahirkanku di saat orang masih terlelap
dalam mimpi-mimpinya. Engkau menggendongku setiap hari dan memberiku makan saat
aku lapar. Dengan begitu sabar Engkau menjagaku dan tak pernah mengeluh saat
aku mengganggu tidurmu. Dan Engkau selalu tersenyum menemani bayi mungilmu ini.
Penuh cinta dan kehangatan.
Ibu…
Engkaulah orang yang pertama kali mengenalkanku kepada
dunia tentang arti kehidupan. Engkau mengajarkanku berjalan dan berbicara.
Engkau selalu sabar mengajariku yang tak bisa -bisa juga. Engkau juga yang
selalu mengajariku kebaikan dan kebenaran. Ibu, bukankah aku masih sering
mengecewakanmu? Mungkin juga membuatmu terluka. Tapi, Engkau tak pernah marah
dan membenciku. Engkau mengingatkanku dengan halus dan penuh kasih sayang. Aku
merasa kesalahanku mengecewakanmu dan menyakitimu, tapi engkau tak pernah
mengeluh.
Ibu…
Engkau selalu mengajarkanku untuk menjadi wanita yang
kuat dan mampu bertahan dalam badai. Bahkan kalau bisa sebagai wanita aku tak
boleh lemah. Aku harus bisa menyelesaikan masalahku sendiri. Bukankah itu yang Engkau
ajarkan ibu?
Ibu…
Begitu banyak cerita yang terukir bersamamu dalam suka
maupun duka. Tapi sudah hampir dua tahun kita tak mengukir cerita bersama.
Sekarang kita berada di dunia yang berbeda. Terpisah antara jarak yang tak bisa
ditembus oleh waktu. Dan aku berjalan sendiri tanpamu.
Ibu…
Aku merindukan cintamu, kasihmu dan pelukan hangatmu.
Tapi, saat ini aku tak bisa merasakannya karena kita sudah berada di tempat
berbeda. Aku hanya bisa memandangmu dalam album-album kenangan di kamarku.
Mengingatmu bersama masa laluku, membuatku begitu merindukanmu.
Ibu…
Aku menulis surat ini hanya untukmu tapi tak ada
tukang pos yang bisa menyampaikannya padamu. Tapi aku yakin Engkau pasti sudah
menerima surat dari Tuhan di surga sana. Dan Engkau pasti tahu bahwa aku mencintaimu,,
Tak ada kata lagi yang bisa
terucapkan kepadamu. Karena waktu telah memisahkan kita dalam ruang kehidupan
yang berbeda. Namun tak akan ada yang memisahkan cinta seorang anak kepada
ibunya. Aku akan tetap mencintaimu dengan setulus hatiku. Meskipun aku tahu
begitu besar cintaku dan sayangku pada
Ibu, tapi sebesar apapun aku tak kan
pernah bisa mengalahkan besarnya cintamu kepadaku. Disini aku hanya mampu
berharap Engkau bahagia di surga sana. Tersenyum senang melihat anakmu ini. Bagaimanapun
aku tak ingin membuatmu menangis. Ibu... SEMOGA ENGKAU BAHAGIA DI SANA
Lewat
tulisan aku sampaikan
apa yang aku rasakan dan lewat do’a kepada ALLAH aku sampaikan rinduku kepadamu
Ibu...Satu kata yang belum pernah bisa kusampaikan padamu hingga akhir waktumu “ Terimakasih untuk semua Cintamu”...
With
Full of Love
Gadis kecil yang beranjak dewasa
2 bulan tulisan ini tanpa kabar....gimana kabar antalogi WR ya?
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete