Thursday, April 18, 2013

DREAM OF LOVE PART 1


Karya Original
Author : Owner of RED's GALLERY

SATU
Langit sore tak lagi cerah. Matahari pun sudah bersembunyi di balik hitamnya gumpalan awan mendung. Angin berhembus menusuk ke dalam tulang. Berbondong-bondong burung berterbangan pertanda hari akan hujan. Namun ia terus melangkah melewati dinginnya angin. Ia sedang dikejar waktu. Ia hanya memegang sebuah stik drum di tangannya sambil berlari dan memegang handphone di sebelah telinga kanannya.
"Malam ini kamu datang kan?"
"Apa?"
"Sebentar saja gak bisa ya?"
"Ya sudahlah"
"Oke, aku ngerti. Take care ya Ra."
Ia kembali melangkahkan kakinya menuju sebuah gedung. Kini langkahnya semakin lebar hingga ia sampai di sebuah ruangan. Semua mata  tertuju padanya. Dan sebuah tangan meraih pundaknya.
"Akhirnya kau datang juga Le, uda jadwal kita manggung nih. Bersiap-siaplah!"
Pria pemegang stik itu hanya mengangguk pertanda setuju.
Beberapa menit kemudian sudah sbuah suara dari atas panggung sudah meneriakkan sebuah nama yang diiukuti riuh suara penonton.

ZEOLIT  ZEOLIT  ZEOLIT

Please welcome to us Zeolit Band!

Datanglah ke atas panggung, 5 orang pria tampan dengan gaya khas mereka masing-masing. Mereka menamakan diri mereka Zeolit. Band y digawangi oleh Zean sang leader yang juga pemegang melodi gitar, Ozi sang vokalis, Leo drumer, Indra bassist dan Theo pianist n violist. Mereka menuju panggung satu persatu dengan gaya khas masing-masing. Penampilan mereka ditutup dengan suara tepuk tangan penonton.
Sesampainya di belakang panggung, mereka berkumpul seperti biasa.
“Leo, hari ini kamu kenapa? Sepertinya kondisimu kurang baik. ” tanya Zean sang leader.
“Dia tak datang lagi. Bukankah seperti itu Leo?” Ledek Theo
“Maksudmu si cewek misterius berkacamata itu The.”
“Hemmm,,,” Theo mengangguk.
“Hey, dia punya nama tahu. Namanya Sera” Sahut Leo
“Eizz, dia sewot. Kalian uda jadian ya? Kenapa nggak kenalin ke kita sih.”
“Gimana kalau kita undang dia ke pesta besok.”
“Dia tak suka pesta. Tapi akan kucoba. Aku pergi dulu ya.”
Sementara Leo pergi, empat sekawan masih berbincang di ruang ganti.
“Gimana ceritanya cowok kayak Leo bisa tertarik pada gadis cupu misterius itu?” tanya Ozi penasaran.
“Kau tahu, ini namanya misteri alam.”celetuk Indra sambil memukul kepala Ozi.
“Kalian salah. Ini sejatinya cinta. Ia tak memandang siapa dan apa untuk datang. Dan ia juga tak kenal waktu. Kali ini, ia datang pada Leo. Dan Sera adalah cintanya. Ia gadis yang misterius tapi baik hati. Leo beruntung mendapatkannya. Meskipun dia gadis yang cuek, ia gadis setia akan cinta yang telah dipilihnya." Kata Theo dengan wajah seriusnya.
Semua mata tertegun menatap Theo curiga.
“Sebentar, bagaimana kau mengenal gadis itu? Jangan-jangan...” tanya Zean penasaran.
“Apa? Hey, kenapa kalian menatapku seperti itu? Sudahlah, aku pergi dulu.” Ujar Theo sambil berlalu.
“Hemm, ada yang tidak beres di antara mereka.” Ujar Zean sambil menirukan gaya berbicara Kogoro Mori dalam serial Conan yang sedang menyelidik sesuatu.
***
          Malam itu Theo melangkahkan kakinya menuju sebuah tempat. Ia menghentikan langkahnya di depan sebuah toko kue. Ia  tidak melangkah masuk ke dalam toko. Ia hanya memandang toko itu dari seberang jalan. Ya, di dalam toko itu berdiri sesosok gadis. Gadis berkacamata dengan rambut yang diikat di belakang.
          Gadis itu sudah berjalan keluar toko. Namun, ia masih berdiri dengan tegak di depan toko. Sesekali ia hanya menengok ke kanan dan kiri seperti sedang menunggu seseorang. Theo masih mengamatinya dari seberang. Ia hendak melangkah menyeberang jalan. Kemudian ia kembali berhenti karena dari sudut lain ia melihat sesosok pria dengan stik drum di saku belakangnya melangkah tersenyum mendekati gadis itu. Pria itu adalah Leo, dan tentu saja gadis yang sedari tadi dilihat dari seberang adalah Sera.
          Theo tersenyum kecil dan melangkahkan kaki berbalik. Tak ada kata yang ia ucapkan. Ia hanya melangkahkan kaki pulang ke rumah. Ia berjalan santai dengan kedua tangan masuk ke dalam saku.
Theo udah sampai di depan rumah yang berada di ujung gang. Lampu rumahnya sudah menyala, pertanda ada orang di rumah.
“Aku pulang”, sapa Theo.
“Kau baru pulang, dari mana saja? Bukankah konsermu uda selesai dari tadi sore.” Tanya seorang pria dengan pensil dan kertas bergambar gedung-gedung di depannya.
“Jalan-jalan, cari angin bentar.”jawab Theo singkat.
“Kau ke tempat gadis itu lagi?” katanya
“Haaa?”
“Tak usah panik kali. Aku melihatmu di depan trotoar depan toko kue tadi”
“Kenapa kau tak memanggilku?”
“Malas mengganggu orang yang lagi galau”
“Hey, apa maksudmu?” Theo menimpuknya dengan bantal.
“Eizz, gambarku jadi rusak kan, ni gara-gara kau, Theo” ia kembali melemparkan bantal kepada Theo.
“Hey, kenapa kau tak pernah memanggilku kakak. Seharusnya kau memanggilku Kakak.”
“Mana ada, Kau lebih terlihat seperti anak kecil dibandingkan aku”
Theo menjitak kepala adiknya. Dan adiknya hanya meringis kesakitan tanpa melawan lagi.
“Kak, kenapa kau tak segera bilang ke gadis itu?”
“Tak ada yang perlu aku katakan padanya.”
“Kau perlu bantuan untuk bilang padanya kalau kau menyukainya. Kau tulis aja surat, atau bikinin lagu untuknya. Nanti aku antarkan deh. Aku kan sefakultas ama dia. Mau tidak?”
“Tak ada yang perlu aku katakan. Dia sudah berpacaran dengan Leo. Sepertinya mereka terlihat bahagia. Mereka pasangan yang cocok bukan?”
“Kau perlu aku hibur? Tapi sepertinya tidak. Kau sudah bisa menghibur dirimu sendiri dengan pianomu.”
“Adik pintar, Kau mengerti aku sekali. Pergi ke atas dulu ya. Jangan lupa bikin desain rumah buatku  yang bagus”
Theo melangkah menuju atap. Disana nampak ada piano berwarna hitam yang berada di ujung ruangan. Ia datang mendekat. Ia mulai memainkan tuts-tuts piano dengan jari lentiknya. Kali ini pianonya mengeluarkan lagu baru. Ya, lagu ini lagu yang belum pernah ia mainkan sebelumnya. Ia mulai menulis lagu tersebut di secarik kertas.
Like a star
You light up my heart
Show me the meaning of love
But it’s too late for me
You have gone
With the other love
But You’re still like a star
Always light up my heart
Still like a star girl

          Ia menyanyikan senandung lagunya dengan segenap jiwa. Ia teringat masa-masa dimana ia mulai bertemu dengan gadis itu. Setiap hari ia menghabiskan waktu menunggu gadis itu keluar toko kue. Ia hanya sekali menegur sapa gadis itu, dan itu adalah saat dimana Leo ada bersamanya untuk berkenalan dengan gadis itu. Hingga akhirnya, tertinggal seribu langkah oleh Leo. Bahkan Leo tak pernah tahu bahwa Theo memiliki rasa terhadap Sera. Yang Leo tahu saat itu hanya gadis itu. Dan ia jatuh cinta saat pertama kali melihatnya.
***
Esok hari dalam pesta Zeolit Band di sebuah kafe di ujung jalan mereka berkumpul. Zean, Indra, Ozi, dan Theo sudah datang lebih awal menempati sebuah bangku di atap. Tak lama kemudian, Leo datang. Ia tak sendiri, ia sudah menggandeng Sera di sebelahnya.
“Hey Guys, kenalin ini Sera” Leo mengenalkan diiringi dengan tundukan kepala Sera.
“Mana Theo?” Tanya Leo
“Tuh, Lho...kemana perginya tuh anak, tadi ada disebelahku.”
Sementara saat itu, tanpa disadari oleh siapapun Theo melangkahkan kaki pergi ke toilet. Ia sengaja menghindari tatapan dengan Sera dan Leo sekaligus. Ia lebih memilih menyendiri sejenak. Kali ini tanpa ia sadari Hp-nya tertinggal di dalam toilet. Dan Theo berpapasan dengan Leo di depan toilet.
“Hey, kapan kau datang?” Sapa Theo
“Barusan, eh bentar, Aku ke toilet bentar ya. Temenin Sera di depan. Ntar dia diapa-apain tuh ama anak-anak.” Kata Leo
“Eh,,iya.” Jawab Theo yang tak tahu harus menjawab apa saat itu.
          Sesampainya di toilet, Leo melihat Hp yang ia kenal. Di baliknya terdapat tulisan T. Tentu saja ia langsung bisa menebak kalau itu Hp punya Theo. Leo mempunyai niat jahil untuk mengerjai si Theo. Ia membuka gallery Hp Theo. Matanya tercengang melihat sosok-sosok yang terjepret dalam bingkai foto di Hp Theo. Ia melihat sosok-sosok Sera ada di dalamnya. Lalu ia mulai membuka gallery musiknya, dan ia mendengarkan lagu baru Theo. Ia pun menitikkan air matanya. Hatinya berasa seperti tersayat pisau. Ia merasa menjadi sahabat yang paling buruk. Mencintai orang yang dicintai oleh sahabatnya sendiri. Ia merasa menjadi orang kejam.
          Leo mengamati perbincangan Sera bersama sahabat-sahabatnya dari balik tiang. Ia belum berani menampilkan wajah di hadapan mereka. Ia pun memilih pergi meninggalkan mereka. Ia hanya mengirimkan pesan pendek kepada Zean.
From : Leo
To: Zean
Ze, tolong minta Theo buat nganterin Sera. Ak plg dulu. Bunda telp minta anter k dokter. Thx.

          Leo menyalakan motornya meninggalkan kafe. Ia pergi ke pantai untuk menenangkan diri. Hingga malamnya ia memutuskan untuk menemui Sera dan Theo.
***
Malam itu, Leo pergi ke tempat Sera. Kebetulan saat itu Sera baru datang bersama Theo.
“Eh Leo, cepat banget tadi pergimu,“ kata Theo
Belum sempat menjawab apa-apa, Leo hanya mendekat ke Sera. “Ra, sorry. Aku cuma mau bilang lebih baik kita break dulu saat ini. Sorry.” kata Leo sambil berlalu mengambil motor.
Sera tak pernah mengerti dengan apa yang dilakukan Leo saat ini. Semua di luar apa yang ia kehendaki. Ia hanya berpikir bahwa Leo akan ada disampingnya hingga akhir. Tapi kenyataan berkata bahwa semua berakhir hari ini.
“Kenapa? Kenapa dengan mudahnya kamu bilang kayak gini. Segampang itu kah kamu memutuskan hubungan kita. Leo tolong jawab.” Teriak Sera sambil meneteskan air mata.
Melihat hal itu, Theo geram. Ia merasa marah terhadap Leo. Ia tak tinggal diam melihat Leo yang telah pergi memacu motornya menjauh. Theo segera menyusul. Leo menghentikan motornya di tepi pantai. Disusul dengan kedatangan Theo di belakangnya. Theo sesegera mungkin turun dari motornya menghampiri Leo. Ia melayangkan pukulan ke arah Leo. Saat itu Leo hanya diam tak membalas. Ia hanya meringis kesakitan menahan pukulan Theo. Sementara itu, Theo yang murka terus memukul Leo. Menyadari leo yang hanya diam saja, Theo menghentikan pukulannya. Ia terduduk di pasir. Kemudian Leo duduk di sebelahnya.
“ Kenapa kau lakukan ini ke Sera Le? “Tanya Theo
Leo merogoh sakunya dan mengambil sesuatu yang kemudian ia serahkan kepada Theo “Ini punyamu,”
“Oh.. Ehmm,,apa kau...?” tanya Theo terputus.
“Kau tahu, aku merasa menjadi orang terbodoh yang tidak tahu perasaan sahabatku sendiri.Kenapa kau tak pernah bilang padaku? O iya, aku nitip Sera ya. Jaga dia baik-baik. Aku pergi dulu. “ hanya itu yang dikatakan Leo. Sementara Theo hanya diam tertegun. Hingga ia tersadar ketika Leo uda menyalakan motor dan meninggalkan ia sendiri.
“Le, kau mau kemana? Le...”
Leo berlalu pergi begitu saja. Theo belum mengerti apa yang akan ia lakukan. Ia masih terdiam di tempat. Sementara itu, Leo sudah memacu motornya dengan kecepatan yang tinggi di jalanan. Air mata mengalir di matanya. Lantas ia berteriak keras sambil memacu kecepatan motornya. Semakin lama kecepatan motornya semakin tinggi. Malam begitu gelap. Ia terus memacu motornya melewati kelokan-kelokan dengan kecepatan tinggi. Ia melihat cahaya yang sangat terang dari arah berlawanan. Cahaya yang sangat menyilaukan mata. Kemudian suara klakson berbunyi lama dan sangat keras. Motornya yang dinaiki Leo terbanting ke samping. Dan tiba-tiba pandangannya menjadi gelap.

No comments:

Post a Comment